Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 02 Mei 2013

deferensial biaya


PENDAPATAN DIFERENSIAL
(DIFFERENTIAL REVENUE)

Pendapatan diferensial merupakan pendapatan yang berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang lain.

BIAYA DIFERENSIAL (DIFFERENTIAL COST)
Biaya diferensial adalah biaya yang berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang lain. Biaya diferensial dinamakan pula dengan Biaya Relevan (Relevan Cost). Dalam pembahasan digunakan istilah biaya diferensial dan biaya relevan silih berganti dengan pengertian yang sama. Penggunana biaya relevan, sebagaimana telah dikemukakan, untuk pemilihan alternatif.
Tabel 5.1.

Biaya Penuh
Biaya Diferensial
Sifat Biaya
Biaya keseluruhan yang dibebankan pada produk atau obyek biaya, baik langsung maupun tidak langsung.
Unsur Biaya Penuh yang berbeda dalam suatu kondisi tertentu.
Sumber Data
Berasal dari sistem akuntansi biaya, yang pada umumnya disusun untuk pengukuran dan pelaporan biaya penuh secara rutin.
Tidak ada sistem akuntansi biaya yang khusus untuk pengumpulan biaya diferensial. Hanya jika diperlukan untuk pemilihan alternatif, informasi biaya diferensial dikumpulkan dari informasi biaya penuh dan informasi lain.
Perspektif Waktu
Pada umumnya berkaitan dengan informasi biaya masa yang lalu biaya historis. Untuk beberapa kebutuhan, misal penentuan harga jual yang normal, data biaya historis disesuaikan dengan taksiran masa yang akan datang.
Selalu berkaitan dengan masa yang akan datang

Pengambilan keputusan rutin pada umumnya terjadi dan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan operasi perusahaan yang bersifat teratur dan rutin. Pengambilan keputusan khusus pada umumnya bersifat tidak rutin dan tidak teratur waktu terjadinya dibandingkan dengan keputusan operasi perusahaan secara periodik, bersifat khusus dan bahkan luar biasa, misalnya: pengambilan keputusan untuk menerima pesanan penjualan khusus, pengurangan atau penambahan jenis produk/departemen, dan pengambilan keputusan untuk penggantian aktiva tetap.
Pembahasan berikut ini adalah penerangan konsep biaya relevan dalam pengambilan keputusan khusus, terutama yang berkaitan dengan pemilihan alternatif dalam hal:
  1. Menerima atau menolak pesanan penjualan khusus
  2. Pengurangan atau penambahan jenis produk/departemen
  3. Membuat sendiri atau membeli bahan baku produksi
  4. Menyewakan atau menjual fasilitas perusahaan
  5. Menjual atau memproses lebih lanjut hasil produksi
  6. Penggantian aktiva tetap.

Menerima atau menolak pesanan penjualan khusus
Jika perusahaan beroperasi pada kapasitas penuh, maka pengerjaan pesanan khusus tersebut akan menyebabkan kenaikan biaya produksi yang bersifat tetap dan variabel. Dengan demikian biaya produksi tetap dan variabel tersebut merupakan biaya diferensial yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif. Akan tetapi jika operasi perusahaan masih berada di bawah kapasitas penuh, dan memungkinkan pengerjaan pesanan khusus tersebut tanpa menambah kapasitas pabrik, maka dalam hal ini biaya produksi yang bersifat variabel merupakan biaya diferensial. Jika dengan pengerjaan persanan khusus tersebut mengakibatkan kenaikan biaya usaha, selain biaya produksi yang berubah, biaya usaha tersebut juga merupakan biaya diferensial yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut.
Contoh 5.2.
Misalnya, perhitungan rugi-laba perusahaan sebelum pengerjaan pesanan khusus adalah sebagai berikut :

Hasil Penjualan 1.000 x Rp 1.200,00 =                  Rp 2.000.000,00
Biaya produksi:
Variabel 1.000 x Rp 1.200,00 =       Rp 1.200.000,00
Tetap                                                           300.000,00
Rp 1.500.000,00
         Laba Kotor                                                       Rp    500.000,00
Biaya Usaha                                                                       150.000,00
         Laba Bersih                                                      Rp    350.000,00

Hasil penjualan dan biaya produksi yang bersifat variabel merupakan informasi yang relevan, karena jumlahnya akan berada dalam pemilihan alternatif tersebut, yaitu sebagai berikut :

Tanpa
Pesanan Khusus
Dengan
Pesanan Khusus
Perbedaan
Hasil penjualan:
1.000 x Rp 2.000,00
1.000 x Rp 2.000,00
   100 x Rp 1.400,00
Biaya Produksi Variabel
1.000 x Rp 1.200,00
1.100 x Rp 1.200,00

Rp  2.000.000,00
-


Rp  1.200.000,00
-

-
Rp  2.140.000,00


-
Rp  1.320.000,00

-
Rp  140.000,00


-
Rp  120.000,00
Margin Kontribusi *)
Rp      800.000,00
Rp     820.000,00
Rp     20.000,00
*) Kesimpulan :  OK !, Karena selisih tambahan pendapatan  (Rp.140.000,-) > selisih tambahan biayanya (Rp. 120.000,-)

Peniadaan Jenis Produk / Departemen
Pada umumnya pengambilan keputusan untuk meniadakan (mengeliminasi) suatu jenis produk atau departemen timbul karena jenis produk atau departemen yang bersangkutan menderita kerugian secara terus menerus. Dalam hal ini, manajemen harus nempertimbangkan pendapatan diferensial dan biaya diferensial dalam pengambilan keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut. Jika keputusan yang akan diambil adalah meniadakan salah satu jenis produk/departement, harus pula dipertimbangkan adanya biaya terhindarkan (avoidable cost) dan biaya tak terhindarkan (unavoidable cost). Biaya terhindarkan adalah biaya-biaya yang tidak akan terjadi, jika suatu jenis produk/departemen ditiadakan (dieliminasi). Sebaliknya biaya tak terhindarkan adalah biaya yang tetap akan terjadi dengan pengambilan keputusan untuk meniadakan suatu jenis produk/departemen. Biaya tak terhindarkan tersebut pada umumnya merupakan biaya bersama (joint cost) bagi beberapa jenis produk/departemen, sehingga peniadaan salah satu jenis produk/departemen tidak mempengaruhi terjadinya biaya relevan.
Dalam pengertian biaya relevan, biaya terhindarkan merupakan biaya relevan yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif. Biaya tak terhindarkan merupakan biaya yang tidak relevan dalam pengambilan keputusan.
Contoh 5.3.
Misalnya, sebuah Departemen Store memiliki 3 departemen utama yaitu: Departemen Makanan, Departemen Kelontong dan Departemen Obat-obatan. Berikut ini taksiran perhitungan rugi-laba untuk setiap departemen tersebut:





Departemen
Makanan
Kelontong
Obat-obatan
Jumlah
Hasil penjualan
5.000
4.000
500
9.500
Biaya variabel
4.000
2.800
300
7.100

1.000
1.200
200
2.400
Margin kontribusi




-   terhindarkan
750
500
75
1.325
-   tak terhindarkan
300
500
100
900
Jumlah
1.050
1.000
175
2.225
Laba rugi
(50)
200
25
175

Manajemen Departemen Store tersebut akan mengambil keputusan untuk meneruskan atau meniadakan. Departemen Makanan yang dalam beberapa tahun terakhir ini selalu merugi.
Berdasarkan data perhitungan rugi-laba ketiga departemen tersebut manajemen membuat analisa pendapatan diferensial dan biaya dierensial untuk kedua alternatif yang akan dipilih sebagai berikut:

Alterantif I
Meneruskan
Dep. Makanan
Alterantif II
Meniadakan
Dep. Makanan
Perbedaan
Hasil penjualan
Rp   9.500.000,00
Rp   4.500.000,00
Rp  5.000.000,00
Biaya:
       


-  Variabel
        7.100.000,00
        3.100.000,00
       4.000.000,00
-  Tetap terhindarkan
        1.325.000,00
           575.000,00
          750.000,00
Jumlah
Rp   8.425.000,00
Rp   3.675.000,00
Rp  4.750.000,00
Laba sebelum biaya tak terhindarkan diperhitungkan   *)


Rp   1.075.000,00


Rp      825.000,00


Rp     250.000,00
*) Kesimpulan :  Go On !,  Karena Selisih pendapatan yang dihindarkan
(Rp. 5.000.000,-) > selisih biaya yang dihindarkan (Rp. 4.750.000,-) 

Penambahan Jenis Produk / Departemen
Barangkali pemilihan alterantif seperti telah dibahas di atas dapat dikembangkan sebagai berikut: jika dengan meniadakan Departemen Makanan perusahaan bermaksud menambah departemen baru yaitu Departemen Kosmetik. Dalam hal ini manajemen harus menganalisis pendapatan diferensial antara tetap meneruskan Departemen Makanan dengan meniadakan Departemen Makanan dan menambah Departemen Kosmetik (mengganti Departemen Makanan dengan Departemen Kosmetik).
Contoh 5.4.
Dengan tetap menggunakan angka pada contoh 5.3. ditambah data mengenai Departemen Kosmetik sebagai berikut: taksiran hasil penjualan Rp 3.000.000,00 sedangkan biaya variabel dan biaya tetap terhindarkan masing-masing sebesar Rp  2.100.000,00 dan Rp 350.000,00. perusahaan dihadapkan pada pemilihan alternatif: meneruskan Departemen Makanan atau meniadakan departemen tersebut dan menambah departemen baru yaitu Departemen Kosmetik.
Untuk mengambil keputusan tersebut di atas, manajemen dapat melakukan analisis dengan cara sebagai berikut:

Alternatif I
Alternatif II
Perbedaan
Meneruskan
Departemen
Makanan
Menggantinya
Dengan
Kosmetik
Hasil Penjualan   *)
Rp   9.500.000,00
Rp  7.500.000,00
Rp   2.000.000,00
Biaya:



-     Variabel    **)
        7.100.000,00
       5.200.000,00
        1.900.000,00
-     Tetap terhindarkan
        1.325.000,00
          925.000,00
           400.000,00
Jumlah
Rp   8.425.000,00
Rp  6.125.000,00
Rp   2.300.000,00
Laba sebelum biaya tak terhindarkan diperhitungkan  
Rp   1.075.000,00
Rp  1.375.000,00
    (Rp 300.000,00)
*) Kesimpulan :  *) 4.500.000 (lama)  + 3.000.000 (tamb.data dept.komestik) = Rp. 7.500.000,-,   **). 3.100.000 (lama) + 2.100.000 (tamb.data dept kosmetik)= Rp. 5.200.000,- dan ***) 575.000 (lama)  + 350.000 (tamb.data dept kosmetik) = Rp. 925.000,-  Manajer memilih alternative II karena Biaya kesempatan lebih kecil dp biaya yang dihindarkan atau selisih hasil penjualan < selisih total biayanya, sehingga terjadi/diperoleh selisih laba.  Atau Rasio biaya terhadap laba Alternatif   I   >   Alternatif   II.
Membuat sendiri atau Membeli dari luar, :
Contoh

Biaya Differential/unit
Biaya Differential Total

Membuat
Membeli
Membuat
Membeli

Biaya bahan baku
Bi.Tenaga kerja lgs
Biaya Overhead
-          Biaya variable
-          Biaya Tetap (gaji pegawai)
Banyaknya : 8.000 unit
Rp.30
Rp. 40

Rp. 10

Rp. 30



Rp.240.000
Rp. 320.000

Rp.  80.000

Rp. 240.000


Harga beli dari luar

Rp. 150

Rp.1.200.000


Rp. 110
Rp.  150
Rp. 880.000
Rp. 1.200.000



Rp.  40

Rp. 320.000








Kesimp. : Selisih menguntungkan jika membuat sendiri seb Rp. 320.000

Menyewakan atau menjual Fasilitas Perusahaan :
Contoh

Menyewakan
Menjual
Perbedaan
Pendapatan Sewa/Jual
Biaya reparasi & asuransi
Rp.1.250.000

Rp.   350.000
Rp.1.000.000

Rp.   60.000

Rp. 250.000

Rp.   290.000
Pendapatan bersih
Rp. 900.000
Rp. 940.000
Rp. 40.000
Kesimpulan :  Perusahaan lebih baik menjual mesin Karena lebih menguntungkan sebesar Rp. 40.000,- . Apabila terdapat biaya penyusutan missal sebesar Rp. 1.200.000 sehingga nilau buku mesin menjadi Rp. 800.000,- (Rp. 2.000.000 – Rp. 1.200.000), tidak perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, karena nilai buku mesin merupakan biaya tenggelam (sunk cost) ,  (see page  90)

Menjual atau Memproses Lebih Lanjut Hasil Produksi
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan utama mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Permasalahan yang dijumpai terutama jika produk perusahaan diolah melalui beberapa departemen produksi. Hasil produksi dari suatu departemen produksi mungkin dapat langsung dijual ke pasar atau diolah lebih lanjut dalam departemen produksi lanjutan. Dalam hal ini manajemen dihadapkan pada pilihan: produk yang bersangkutan sebaiknya langsung dijual atau diproses lebih lanjut.
Contoh 5.7. (jika perusahaan menghasilkan satu macam produk):
Misalnya, perusahaan menghasilkan 10.000 unit produksi A. untuk mengolah produk A tersebut diperlukan biaya produksi sebesar Rp 300,00 per unit. Produk A dapat langsung dijual tanpa diproses lebih lanjut dengan harga Rp 500,00 per unit. Di samping itu, produk A dapat pula diolah lebih lanjut menjadi produk B. Untuk mengolah produk A lebih lanjut menjadi produk B diperlukan tambahan biaya pengolahan sebesar Rp 25,00 per unit produk A. Setiap 100 unit produk A menjadi 80 unit produk B. Sedangkan harga jual produk B adalah sebesar Rp 750,00 per unit.
Analisis yang dibuat oleh manajemen untuk memilih alternatif menjual langsung produk A atau memproses lebih lanjut menjadi produk B adalah sebagai berikut:

Menjual
Langsung
Memproses lebih lanjut
Perbedaan
Hasil penjualan
       10.000 x Rp 500,00
      (10.000 – 2.000) x Rp 750,00
Biaya pengolahan:
       10.000 x Rp 25,00

Rp  5.000.000,00
-

-

-
Rp 6.000.000,00

        250.000,00

-
Rp 1.000.000,00

        250.000,00
Selisih lebih menguntungkan jika produk A diproses lebih lanjut

-

-

Rp    750.000,00




PENGANTIAN AKTIVA TETAP :
Penggantian penggunaan aktiva tetap dilakukan oleh manajemen karena berbagai alasan seperti :
  1. Keausan / kerusakan fisik
  2. Perkembangan teknologi
Untuk itu diperlukan perhitungan biaya dana yang diperlukan dengan menghitung Initial Investment  (Investasi awal) setelah ada penjualan mesin lama disamping perhitungan pembelain mesin baru.  


PENDEKATAN “COST-PLUS”
Biaya (cost) merupakan komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam penentuan harga jual produk atau jasa. Harga jual produk atau jasa pada umumnya ditentukan dari jumlah semua biaya ditambah jumlah tertentu yang disebut dengan ‘markup’. Cara penentuan harga jual tersebut dikenal dengan Pendekatan ‘Cost-Plus’ (Cost Plus Approach).
Ada tiga konsep yang dapat digunakan untuk penentuan harga jual dengan pendekatan ‘cost-plus’ tersebut, yaitu : (1) biaya total (total cost), (2) biaya produk (product cost) dan (3) biaya variabel (variabel cost). Masing-masing konsep tersebut dibahas secara terinci berikut ini:
Konsep Biaya Total
Berdasarkan konsep biaya Total ini, harga jual ditentukan dari biaya total: biaya produksi + biaya pemasaran + biaya administrasi dan umum, ditambah dengan jumlah laba yang diinginkan oleh perusahaan. Pengertian ‘markup’ menurut konsep biaya total ini adalah laba yang diinginkan (desired profit).
Penerapan penentuan harga jual produk atau jasa dengan menggunakan konsep biaya total ini adalah sebagai berikut:
Pertama, menentukan besarnya biaya produksi yang terdiri dari: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Kedua, biaya produksi tersebut selanjutnya ditambah dengan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum, hasilnya sama dengan biaya total.
Ketiga, biaya total tersebut dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi atau dijual untuk memperoleh angka biaya per unit.
Keempat, menentukan jumlah ‘markup’ atau dalam hal ini adalah jumlah laba yang dikehendaki. Laba yang diinginkan pada umumnya dinyatakan dengan persentase tertentu dari aktiva yang digunakan (rate of return on assets).
Kelima, menentukan persentase ‘markup’ dari biaya total yang dihitung dari jumlah laba yang diinginkan dibagi dengan biaya total.
Keenam, persentase ‘markup’ tersebut dikalikan dengan biaya per unit untuk memperoleh angka ‘markup’ per unit.
Ketujuh, harga jual per unit ditentukan dari biaya per unit ditambah dengan ‘markup’ per unit.
Untuk memberikan gambaranyang lebih jelas, berikut ini diberikan contoh penentuan harga jual berdasarkan konsep biaya total seperti telah diuraikan di atas.
Jumlah X yang diproduksi atau dijual                                                   10.000 unit
Biaya variabel per unit:
-          Biaya bahan baku                                                                                   Rp 120,00
-          Biaya tenaga kerja                                                                                        400,00
-          Biaya overhead pabrik                                                                                  60,00
-          Biaya pemasaran                                                                                            40,00
-          Biaya administrasi dan umum                                                                     20,00


Biaya tetap:
-          Biaya overhead pabrik                                                                Rp 2.000.000,00
-          Biaya pemasaran                                                                                   600.000,00
-          Biaya administrasi dan umum                                                            200.000,00
Laba yang dikehendaki (return) sebesar 20% dari jumlah aktiva yang digunakan sebesar Rp 20.700.000.000,00.
Berdasarkan data tersebut diatas, penentuan harga jual produk X dengan menggunakan konsep biaya total adalah sebagai berikut:
(1)   Biaya Produksi:
-          Biaya bahan baku 10.000 x Rp 120,00                =              Rp  1.200.000,00
-          Biaya tenaga kerja 10.000 x Rp 400,00               =                     4.000.000,00
-          Biaya overhead pabrik (10.000 x Rp 60,00) +  
Rp 2.000.000,00                                                      =                     2.600.000,00
Biaya produksi                                                                       Rp 7.800.000,00

(2)   Biaya total :
-          Biaya produksi                                                                       Rp 7.800.000,00
-          Biaya pemasaran (10.000 x (10.000 x Rp 40,00)
+ Rp 600.000,00                                                     =                     1.000.000,00
-          Biaya administrasi & umum (10.000 x Rp 20,00)
+ Rp 200.000,00                                                     =                        400.000,00
Biaya total                                                                                Rp 9.200.000,00
(3)   Biaya per unit =
(4)   Laba yang dikehendaki = 20% x Rp 20.700.000,00 = Rp 4.140.000.,00
(5)   Persentase ‘markup’ =
(6)   ‘Markup’ per unit = 45% x Rp 920,00 = Rp 414,00
(7)   Harga jual per unit = Rp 920,00 + Rp 414,00 = Rp 1.334,00
Konsep Biaya Produk
Berdasarkan konsep ini, yang juga disebut dengan Absorption Approach, harga jual ditentukan dari biaya produksi ditambah dengan ‘markup’. Pengertian ‘markup’ menurut konsep biaya produk ini adalah laba yang dikehendaki + biaya pemasaran + biaya administrasi dan umum. Persentase ‘markup’ dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penggunaan konsep biaya produksi dalam penentuan harga jual, berikut ini diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data dari contoh 6.1.
                                = 71,03 %

Konsep Biaya Variabel
Menurut konsep ini, yang juga disebut dengan Contribution Approach, biaya variabel (biaya produksi variabel + biaya pemasaran variabel + biaya administrasi dan umum variabel) ditambah dengan ‘markup’. Pengertian ‘markup’ dalam hal ini adalah laba yang dikehendaki ditambah semua biaya yang bersifat tetap.
Berikut ini adalah perhitungan harga jual menurut konsep biaya variabel dengan menggunakan data dari contoh 6.1.
-          Total biaya variabel
Biaya bahan baku                                                    Rp 1.200.000,00
Biaya tenaga kerja                                                          4.000.000,00
Biaya overhead pabrik variabel                                     600.000,00
Biaya pemasaran variabel                                               400.000,00
Biaya administrasi dan umum variabel                        200.000,00
                                                                                    Rp 6.400.000,00
-          ‘Markup’
Laba yang dikehendaki                                          Rp 4.140.000,00
Biaya overhad pabrik tetap                                          2.000.000,00
Biaya pemasaran tetap                                                     600.000,00
Biaya administrasi dan umum tetap                             200.000,00
                                                                                    Rp 6.940.000,00
-          Persentase ‘Markup’ =
-          Harga jual per unit =

Biaya variabel pet unit =      = Rp   640,00
‘Markup’ per unit = 108,44% x Rp 640,00      = Rp   694,00
Tabel 6.1.
Ringkasan Konsep Penentuan Harga Jual dengan
Pendekatan ‘Cost-Plus’
Konsep
Unsur Biaya (Cost)
Unsur ‘Markup’
Biaya Total
Biaya produksi + Biaya pemasaran + biaya administrasi dan umum
Laba yang dikehendaki
Biaya Produk (Absorption Approach
Biaya produksi
Laba yang dikehendaki + Biaya pemasaran + biaya administrasi dan umum
Biaya Variabel (Contribution Approach)
Biaya produksi variabel + biaya pemasaran variabel + biaya administrasi dan umum veriabel
Laba yang dikehendaki + biaya overhead pabrik tetap + biaya pemasaran tetap + biaya administrasi dan umum tetap.

Eksperimen atau Tes Pasar
Banyak perusahaan melakukan tes pasar terhadap pabrik atau jasa baru untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penentuan harga jual. Eksperimen atau tes pasar dilakukan dengan cara menentukan harga jual yang berbeda-beda untuk masing-masing daerah pemasaran. Dengan demikian perusahaan dapat memperoleh data yang berharga terutama yang berkaitan dengan pengaruh harga jual yang ditetapkan terhadap volume penjual di masing-masing daerah pemasaran. Berdasarkan hasil tes pasar tersebut, perusahaan dapat memilih harga jual yang akan diterapkan bagi produk atau jasa yang baru yang dihasilkannya, yaitu yang menghasilkan kontribusi terbesar bagi perolehan laba perusahaan.
Strategi Penentuan Harga Jual
Ada dua bentuk strategi yang dapat diterapkan perusahaan untuk penentuan harga jualproduk atau jasa baru, yaitu: (1) ‘Skrimming Price’ dan (2) ‘Penetration Pricing.’
‘Skrimming Pricing’ merupakan bentuk strategi penentuan harga jual produk atau jasa baru, dengan cara menentukan harga jual mula-mula relatif tinggi. Tujua strategi ini adalah agar perusahaan memperoleh laba yang maksimum dalam jangka pendek.
‘Penetration Pricing’ merupakan bentuk stratgi penentuan harga jual dengan cara menentuka harga jual mula-mula relatif rendah, sehingga perusahaan dapat meraih pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa tersebut dalam jangka pendek. Dengan mengorbankan perolehan laba dalam jangka pendek, diharapkan produk atau jasa baru tersebut akan mendapatkan posisi pasar yang lebih baik di masa yang akan datang.
Pemilihan bentuk strategi yang akan diterapkan perusahaan, dipengaurhi oleh kemungkinan masing-masing bentuk strategi di atas yang paling banyak memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya. Hal ini dapat diketahui jika perusahaan melakukan eksperimen atau tes pasar terhadap produk atau jasa baru seperti yang telah diuraikan di atas
TEORI HARGA
Penentuan harga jual produk atau jasa, pada umumnya menggunakan pendekatan ‘cost-plus’ seperti yang telah dikemukakan pada awal pembahasan. Di samping itu, manajemen harus mempertimbangkan pula faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual antara lain : harga jual produk saingan dan kondisi perekonomian pada umumnya. Pengetahuan mengenai teori ekonomi yang berkaitan dengan penentuan harga jual produk atau jasa akan bermanfaat bagi akuntan manajemen. Teori tersebut dikenal dengan nama ‘Teori Harga’ (Teori Permintaan dan Teori Penawaran).

JENIS PENANAMAN MODAL
Ditinjau dari tujuannya, penanaman modal dapat digolongkan menjadi:
1.      Penanaman modal yang tidak menghasilkan laba
2.      Penanaman modal yang menghasilkan laba
Penanaman modal yang tidak menghasilkan laba pada umumnya dilakukan oleh perusahana, karena peraturan pemerintah yang menghendaki demikian atau karena persyaratan kontrak yang telah disepakati. Penanaman modal tersebut harus dilakukan oleh perusahaan, meskipun tidak menghasilkan laba bagi perusahaan. Misalnya karena peraturan pemerintah, perusahaan harus membuat sarana pengolahan air limbah agar tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan. Contoh lain untuk penanaman modal yang tidak menghasilkan laba, adalah adanya persyaratan kontrak agar perusahaan ‘real estate’ menyediakan fasilitas: jalan, tempat ibadah, taman dan yang lain di lokasi perumahan. Jenis penanaman modal yang demikian tidak perlu dibuat evaluasi mengenai perlu tidaknya investasi tersebut.
Penanaman modal yang menghasilkan laba dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: (1) labanya sulit diukur, dan (2) labanya dapat diukur, dan (2) labanya dapat diukur. Contoh jenis penanaman modal yang menghasilkan laba tetapi labanya sulit diukur antara lain: penanaman modal untuk riset dan pengembangan perusahaan, biaya pendidikan dan latihan karyawan, biaya promosi produk perusahaan. Sedangkan contoh jenis penanaman modal yang labanya dapat diukur meliputi: penggantian atau pemilihan ekuipmen, membeli atau menyewa aktiva yang akan digunakan dalam usaha, dan penanaman modal dalam ekspansi (perluasan usaha).
KONSEP NILAI SEKARANG
Nilai waktu uang, seperti yang telah dikemukakan, merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam penilaian investasi. Perusahaan akan lebih senang menerima sejumlah uang sekarang daripada menerimanya satu atau beberapa tahun kemudian. Alasannya, penerimaan sejumlah uang sekarang dapat segera diinvestasikan sehingga menghasilkan laba, daripada jika diterima satu atau beberapa tahun yang akan datang. Di samping itu, penerimaam uang sekarang sifatnya lebih pasti daripada di masa yang akan datang yang penuh ketidakpastian. Oleh karena itu, sejumlah uang pada waktu sekarang nilainya berbeda dengan pada waktu yang akan datang. Perbedaan tersebut disebabkan adanya nilai waktu dari uang.


METODE PENILAIAN INVESTASI
Penilaian investasi berkaitan dengan pengambilan keputusan manajemen mengenai layak tidaknya suatu usulan investasi untuk dilaksanakan. Metode yang dapat digunakan manajemen untukmenilai usulan investasi adalah sebagai berikut:
  1. Payback (Payback period)
  2. Average Return on Investment
  3. Net Present Value
  4. Internal Rate of Return
  5. Profitability Indeks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar