PENDAPATAN
DIFERENSIAL
(DIFFERENTIAL
REVENUE)
Pendapatan diferensial merupakan
pendapatan yang berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan dengan
kondisi-kondisi yang lain.
BIAYA
DIFERENSIAL (DIFFERENTIAL COST)
Biaya diferensial adalah biaya yang
berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang lain.
Biaya diferensial dinamakan pula dengan Biaya Relevan (Relevan Cost). Dalam
pembahasan digunakan istilah biaya diferensial dan biaya relevan silih berganti
dengan pengertian yang sama. Penggunana biaya relevan, sebagaimana telah
dikemukakan, untuk pemilihan alternatif.
Tabel 5.1.
|
Biaya
Penuh
|
Biaya
Diferensial
|
Sifat
Biaya
|
Biaya
keseluruhan yang dibebankan pada produk atau obyek biaya, baik langsung
maupun tidak langsung.
|
Unsur
Biaya Penuh yang berbeda dalam suatu kondisi tertentu.
|
Sumber
Data
|
Berasal
dari sistem akuntansi biaya, yang pada umumnya disusun untuk pengukuran dan
pelaporan biaya penuh secara rutin.
|
Tidak
ada sistem akuntansi biaya yang khusus untuk pengumpulan biaya diferensial.
Hanya jika diperlukan untuk pemilihan alternatif, informasi biaya diferensial
dikumpulkan dari informasi biaya penuh dan informasi lain.
|
Perspektif
Waktu
|
Pada
umumnya berkaitan dengan informasi biaya masa yang lalu biaya historis. Untuk
beberapa kebutuhan, misal penentuan harga jual yang normal, data biaya
historis disesuaikan dengan taksiran masa yang akan datang.
|
Selalu berkaitan dengan masa
yang akan datang
|
Pengambilan keputusan rutin pada
umumnya terjadi dan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan operasi perusahaan
yang bersifat teratur dan rutin. Pengambilan keputusan khusus pada umumnya
bersifat tidak rutin dan tidak teratur waktu terjadinya dibandingkan dengan
keputusan operasi perusahaan secara periodik, bersifat khusus dan bahkan luar
biasa, misalnya: pengambilan keputusan untuk menerima pesanan penjualan khusus,
pengurangan atau penambahan jenis produk/departemen, dan pengambilan keputusan
untuk penggantian aktiva tetap.
Pembahasan berikut ini adalah
penerangan konsep biaya relevan dalam pengambilan keputusan khusus, terutama
yang berkaitan dengan pemilihan alternatif dalam hal:
- Menerima atau menolak pesanan penjualan khusus
- Pengurangan atau penambahan jenis produk/departemen
- Membuat sendiri atau membeli bahan baku produksi
- Menyewakan atau menjual fasilitas perusahaan
- Menjual atau memproses lebih lanjut hasil produksi
- Penggantian aktiva tetap.
Menerima
atau menolak pesanan penjualan khusus
Jika
perusahaan beroperasi pada kapasitas penuh, maka pengerjaan pesanan khusus
tersebut akan menyebabkan kenaikan biaya produksi yang bersifat tetap dan
variabel. Dengan demikian biaya produksi tetap dan variabel tersebut merupakan
biaya diferensial yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif. Akan
tetapi jika operasi perusahaan masih berada di bawah kapasitas penuh, dan
memungkinkan pengerjaan pesanan khusus tersebut tanpa menambah kapasitas
pabrik, maka dalam hal ini biaya produksi yang bersifat variabel merupakan
biaya diferensial. Jika dengan pengerjaan persanan khusus tersebut
mengakibatkan kenaikan biaya usaha, selain biaya produksi yang berubah, biaya
usaha tersebut juga merupakan biaya diferensial yang harus dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan tersebut.
Contoh
5.2.
Misalnya, perhitungan rugi-laba
perusahaan sebelum pengerjaan pesanan khusus adalah sebagai berikut :
Hasil Penjualan 1.000 x Rp 1.200,00
= Rp 2.000.000,00
Biaya produksi:
Variabel 1.000 x Rp 1.200,00 = Rp 1.200.000,00
Tetap 300.000,00
Rp
1.500.000,00
Laba Kotor Rp 500.000,00
Biaya Usaha 150.000,00
Laba
Bersih Rp 350.000,00
Hasil penjualan dan biaya produksi
yang bersifat variabel merupakan informasi yang relevan, karena jumlahnya akan
berada dalam pemilihan alternatif tersebut, yaitu sebagai berikut :
|
Tanpa
Pesanan
Khusus
|
Dengan
Pesanan
Khusus
|
Perbedaan
|
Hasil penjualan:
1.000
x Rp 2.000,00
1.000
x Rp 2.000,00
100 x Rp 1.400,00
Biaya
Produksi Variabel
1.000 x Rp 1.200,00
1.100 x Rp 1.200,00
|
Rp
2.000.000,00
-
Rp
1.200.000,00
-
|
-
Rp
2.140.000,00
-
Rp
1.320.000,00
|
-
Rp
140.000,00
-
Rp
120.000,00
|
Margin Kontribusi *)
|
Rp
800.000,00
|
Rp
820.000,00
|
Rp
20.000,00
|
*)
Kesimpulan : OK !, Karena selisih tambahan pendapatan (Rp.140.000,-) > selisih tambahan biayanya
(Rp. 120.000,-)
Peniadaan
Jenis Produk / Departemen
Pada umumnya pengambilan keputusan
untuk meniadakan (mengeliminasi) suatu jenis produk atau departemen timbul
karena jenis produk atau departemen yang bersangkutan menderita kerugian secara
terus menerus. Dalam hal ini, manajemen harus nempertimbangkan pendapatan
diferensial dan biaya diferensial dalam pengambilan keputusan tersebut. Jika
keputusan tersebut. Jika keputusan yang akan diambil adalah meniadakan salah
satu jenis produk/departement, harus pula dipertimbangkan adanya biaya
terhindarkan (avoidable cost) dan biaya tak terhindarkan (unavoidable cost).
Biaya terhindarkan adalah biaya-biaya yang tidak akan terjadi, jika suatu jenis
produk/departemen ditiadakan (dieliminasi). Sebaliknya biaya tak terhindarkan
adalah biaya yang tetap akan terjadi dengan pengambilan keputusan untuk
meniadakan suatu jenis produk/departemen. Biaya tak terhindarkan tersebut pada
umumnya merupakan biaya bersama (joint cost) bagi beberapa jenis
produk/departemen, sehingga peniadaan salah satu jenis produk/departemen tidak
mempengaruhi terjadinya biaya relevan.
Dalam pengertian biaya relevan,
biaya terhindarkan merupakan biaya relevan yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan alternatif. Biaya tak terhindarkan merupakan biaya yang tidak relevan
dalam pengambilan keputusan.
Contoh
5.3.
Misalnya, sebuah Departemen Store
memiliki 3 departemen utama yaitu: Departemen Makanan, Departemen Kelontong dan
Departemen Obat-obatan. Berikut ini taksiran perhitungan rugi-laba untuk setiap
departemen tersebut:
|
Departemen
|
|||
Makanan
|
Kelontong
|
Obat-obatan
|
Jumlah
|
|
Hasil
penjualan
|
5.000
|
4.000
|
500
|
9.500
|
Biaya
variabel
|
4.000
|
2.800
|
300
|
7.100
|
|
1.000
|
1.200
|
200
|
2.400
|
Margin
kontribusi
|
|
|
|
|
- terhindarkan
|
750
|
500
|
75
|
1.325
|
- tak terhindarkan
|
300
|
500
|
100
|
900
|
Jumlah
|
1.050
|
1.000
|
175
|
2.225
|
Laba
rugi
|
(50)
|
200
|
25
|
175
|
Manajemen Departemen Store tersebut
akan mengambil keputusan untuk meneruskan atau meniadakan. Departemen
Makanan yang dalam beberapa tahun terakhir ini selalu merugi.
Berdasarkan
data perhitungan rugi-laba ketiga departemen tersebut manajemen membuat analisa
pendapatan diferensial dan biaya dierensial untuk kedua alternatif yang akan
dipilih sebagai berikut:
|
Alterantif I
Meneruskan
Dep. Makanan
|
Alterantif II
Meniadakan
Dep. Makanan
|
Perbedaan
|
Hasil
penjualan
|
Rp 9.500.000,00
|
Rp 4.500.000,00
|
Rp 5.000.000,00
|
Biaya:
|
|
|
|
- Variabel
|
7.100.000,00
|
3.100.000,00
|
4.000.000,00
|
- Tetap terhindarkan
|
1.325.000,00
|
575.000,00
|
750.000,00
|
Jumlah
|
Rp 8.425.000,00
|
Rp 3.675.000,00
|
Rp 4.750.000,00
|
Laba sebelum biaya tak terhindarkan diperhitungkan *)
|
Rp 1.075.000,00
|
Rp 825.000,00
|
Rp 250.000,00
|
*) Kesimpulan : Go On !,
Karena Selisih pendapatan yang dihindarkan
(Rp. 5.000.000,-)
> selisih biaya yang dihindarkan (Rp. 4.750.000,-)
Penambahan Jenis Produk / Departemen
Barangkali
pemilihan alterantif seperti telah dibahas di atas dapat dikembangkan sebagai
berikut: jika dengan meniadakan Departemen
Makanan perusahaan bermaksud menambah departemen baru yaitu Departemen
Kosmetik. Dalam hal ini manajemen harus menganalisis pendapatan diferensial
antara tetap meneruskan Departemen Makanan dengan meniadakan Departemen Makanan
dan menambah Departemen Kosmetik (mengganti Departemen Makanan dengan
Departemen Kosmetik).
Contoh
5.4.
Dengan tetap menggunakan angka pada
contoh 5.3. ditambah data mengenai Departemen Kosmetik sebagai berikut:
taksiran hasil penjualan Rp 3.000.000,00 sedangkan biaya variabel dan biaya
tetap terhindarkan masing-masing sebesar Rp
2.100.000,00 dan Rp 350.000,00. perusahaan dihadapkan pada pemilihan
alternatif: meneruskan Departemen Makanan atau meniadakan departemen tersebut
dan menambah departemen baru yaitu Departemen Kosmetik.
Untuk mengambil keputusan tersebut
di atas, manajemen dapat melakukan analisis dengan cara sebagai berikut:
|
Alternatif
I
|
Alternatif
II
|
Perbedaan
|
Meneruskan
Departemen
Makanan
|
Menggantinya
Dengan
Kosmetik
|
||
Hasil Penjualan *)
|
Rp 9.500.000,00
|
Rp 7.500.000,00
|
Rp 2.000.000,00
|
Biaya:
|
|
|
|
-
Variabel **)
|
7.100.000,00
|
5.200.000,00
|
1.900.000,00
|
-
Tetap terhindarkan
|
1.325.000,00
|
925.000,00
|
400.000,00
|
Jumlah
|
Rp
8.425.000,00
|
Rp
6.125.000,00
|
Rp
2.300.000,00
|
Laba sebelum biaya
tak terhindarkan diperhitungkan
|
Rp
1.075.000,00
|
Rp
1.375.000,00
|
(Rp 300.000,00)
|
*) Kesimpulan : *) 4.500.000 (lama) + 3.000.000 (tamb.data dept.komestik) = Rp.
7.500.000,-, **). 3.100.000 (lama) +
2.100.000 (tamb.data dept kosmetik)= Rp. 5.200.000,- dan ***) 575.000
(lama) + 350.000 (tamb.data dept
kosmetik) = Rp. 925.000,- Manajer
memilih alternative II karena Biaya kesempatan lebih kecil dp biaya yang
dihindarkan atau selisih hasil penjualan < selisih total biayanya, sehingga
terjadi/diperoleh selisih laba. Atau
Rasio biaya terhadap laba Alternatif
I > Alternatif
II.
Membuat sendiri atau Membeli dari
luar, :
Contoh
Biaya
Differential/unit
|
Biaya Differential
Total
|
|||||
|
Membuat
|
Membeli
|
Membuat
|
Membeli
|
||
Biaya bahan baku
Bi.Tenaga kerja lgs
Biaya Overhead
-
Biaya
variable
-
Biaya
Tetap (gaji pegawai)
Banyaknya : 8.000 unit
|
Rp.30
Rp. 40
Rp. 10
Rp. 30
|
|
Rp.240.000
Rp. 320.000
Rp. 80.000
Rp. 240.000
|
|
||
Harga beli dari luar
|
|
Rp. 150
|
|
Rp.1.200.000
|
||
|
Rp. 110
|
Rp. 150
|
Rp. 880.000
|
Rp. 1.200.000
|
||
|
|
Rp. 40
|
|
Rp. 320.000
|
||
Kesimp.
: Selisih menguntungkan jika membuat sendiri seb Rp.
320.000
Menyewakan atau menjual Fasilitas
Perusahaan :
Contoh
|
Menyewakan
|
Menjual
|
Perbedaan
|
Pendapatan Sewa/Jual
Biaya reparasi & asuransi
|
Rp.1.250.000
Rp. 350.000
|
Rp.1.000.000
Rp. 60.000
|
Rp.
250.000
Rp. 290.000
|
Pendapatan
bersih
|
Rp.
900.000
|
Rp.
940.000
|
Rp.
40.000
|
Kesimpulan
: Perusahaan lebih baik menjual mesin
Karena lebih menguntungkan sebesar Rp. 40.000,- . Apabila terdapat biaya
penyusutan missal sebesar Rp. 1.200.000 sehingga nilau buku mesin menjadi Rp.
800.000,- (Rp. 2.000.000 – Rp. 1.200.000), tidak perlu dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan, karena nilai buku mesin merupakan biaya tenggelam (sunk
cost) , (see page 90)
Menjual
atau Memproses Lebih Lanjut Hasil Produksi
Perusahaan manufaktur adalah
perusahaan yang mempunyai kegiatan utama mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Permasalahan
yang dijumpai terutama jika produk perusahaan diolah melalui beberapa
departemen produksi. Hasil produksi dari suatu departemen produksi mungkin
dapat langsung dijual ke pasar atau diolah lebih lanjut dalam departemen
produksi lanjutan. Dalam hal ini manajemen dihadapkan pada pilihan: produk yang
bersangkutan sebaiknya langsung dijual atau diproses lebih lanjut.
Contoh 5.7. (jika
perusahaan menghasilkan satu macam produk):
Misalnya,
perusahaan menghasilkan 10.000 unit produksi A. untuk mengolah produk A
tersebut diperlukan biaya produksi sebesar Rp 300,00 per unit. Produk A dapat
langsung dijual tanpa diproses lebih lanjut dengan harga Rp 500,00 per unit. Di
samping itu, produk A dapat pula diolah lebih lanjut menjadi produk B. Untuk
mengolah produk A lebih lanjut menjadi produk B diperlukan tambahan biaya
pengolahan sebesar Rp 25,00 per unit produk A. Setiap 100 unit produk A menjadi
80 unit produk B. Sedangkan harga jual produk B adalah sebesar Rp 750,00 per
unit.
Analisis yang dibuat oleh manajemen
untuk memilih alternatif menjual langsung produk A atau memproses lebih lanjut
menjadi produk B adalah sebagai berikut:
|
Menjual
Langsung
|
Memproses lebih lanjut
|
Perbedaan
|
Hasil penjualan
10.000 x Rp 500,00
(10.000 – 2.000) x Rp 750,00
Biaya pengolahan:
10.000
x Rp 25,00
|
Rp
5.000.000,00
-
-
|
-
Rp 6.000.000,00
250.000,00
|
-
Rp 1.000.000,00
250.000,00
|
Selisih lebih
menguntungkan jika produk A diproses lebih lanjut
|
-
|
-
|
Rp
750.000,00
|
PENGANTIAN
AKTIVA TETAP :
Penggantian penggunaan aktiva tetap
dilakukan oleh manajemen karena berbagai alasan seperti :
- Keausan / kerusakan fisik
- Perkembangan teknologi
Untuk itu diperlukan
perhitungan biaya dana yang diperlukan dengan menghitung Initial
Investment (Investasi awal) setelah ada
penjualan mesin lama disamping perhitungan pembelain mesin baru.
PENDEKATAN
“COST-PLUS”
Biaya (cost) merupakan komponen
penting yang harus dipertimbangkan dalam penentuan harga jual produk atau jasa.
Harga jual produk atau jasa pada umumnya ditentukan dari jumlah semua biaya
ditambah jumlah tertentu yang disebut dengan ‘markup’. Cara penentuan harga
jual tersebut dikenal dengan Pendekatan ‘Cost-Plus’ (Cost Plus Approach).
Ada tiga konsep yang dapat digunakan
untuk penentuan harga jual dengan pendekatan ‘cost-plus’ tersebut, yaitu : (1)
biaya total (total cost), (2) biaya produk (product cost) dan (3) biaya
variabel (variabel cost). Masing-masing konsep tersebut dibahas secara terinci
berikut ini:
Konsep
Biaya Total
Berdasarkan konsep biaya Total ini,
harga jual ditentukan dari biaya total: biaya produksi + biaya pemasaran +
biaya administrasi dan umum, ditambah dengan jumlah laba yang diinginkan oleh
perusahaan. Pengertian ‘markup’ menurut konsep biaya total ini adalah laba yang
diinginkan (desired profit).
Penerapan penentuan harga jual
produk atau jasa dengan menggunakan konsep biaya total ini adalah sebagai
berikut:
Pertama, menentukan besarnya biaya produksi
yang terdiri dari: biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Kedua, biaya produksi tersebut
selanjutnya ditambah dengan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum,
hasilnya sama dengan biaya total.
Ketiga, biaya total tersebut dibagi dengan
jumlah unit yang diproduksi atau dijual untuk memperoleh angka biaya per unit.
Keempat, menentukan jumlah ‘markup’ atau
dalam hal ini adalah jumlah laba yang dikehendaki. Laba yang diinginkan pada
umumnya dinyatakan dengan persentase tertentu dari aktiva yang digunakan (rate
of return on assets).
Kelima, menentukan persentase ‘markup’
dari biaya total yang dihitung dari jumlah laba yang diinginkan dibagi dengan
biaya total.
Keenam, persentase ‘markup’ tersebut
dikalikan dengan biaya per unit untuk memperoleh angka ‘markup’ per unit.
Ketujuh, harga jual per unit ditentukan
dari biaya per unit ditambah dengan ‘markup’ per unit.
Untuk
memberikan gambaranyang lebih jelas, berikut ini diberikan contoh penentuan
harga jual berdasarkan konsep biaya total seperti telah diuraikan di atas.
Jumlah
X yang diproduksi atau dijual 10.000
unit
Biaya variabel per unit:
-
Biaya
bahan baku Rp
120,00
-
Biaya
tenaga kerja 400,00
-
Biaya
overhead pabrik 60,00
-
Biaya
pemasaran 40,00
-
Biaya
administrasi dan umum 20,00
Biaya tetap:
-
Biaya
overhead pabrik Rp
2.000.000,00
-
Biaya
pemasaran 600.000,00
-
Biaya
administrasi dan umum 200.000,00
Laba yang dikehendaki (return) sebesar 20% dari jumlah
aktiva yang digunakan sebesar Rp 20.700.000.000,00.
Berdasarkan
data tersebut diatas, penentuan harga jual produk X dengan menggunakan konsep
biaya total adalah sebagai berikut:
(1) Biaya Produksi:
-
Biaya
bahan baku
10.000 x Rp 120,00 = Rp
1.200.000,00
-
Biaya tenaga kerja 10.000 x Rp 400,00 = 4.000.000,00
-
Biaya overhead pabrik (10.000 x Rp 60,00) +
Rp
2.000.000,00 = 2.600.000,00
Biaya
produksi Rp
7.800.000,00
(2) Biaya total :
-
Biaya
produksi Rp
7.800.000,00
-
Biaya pemasaran (10.000 x (10.000 x Rp 40,00)
+
Rp 600.000,00 = 1.000.000,00
-
Biaya
administrasi & umum (10.000 x Rp 20,00)
+
Rp 200.000,00 = 400.000,00
Biaya
total Rp
9.200.000,00
(3) Biaya per unit =
(4) Laba yang dikehendaki = 20% x Rp
20.700.000,00 = Rp 4.140.000.,00
(5) Persentase ‘markup’ =
(6) ‘Markup’ per unit = 45% x Rp 920,00
= Rp 414,00
(7) Harga jual per unit = Rp 920,00 + Rp
414,00 = Rp 1.334,00
Konsep Biaya Produk
Berdasarkan konsep ini, yang juga
disebut dengan Absorption Approach, harga jual ditentukan dari biaya produksi
ditambah dengan ‘markup’. Pengertian ‘markup’ menurut konsep biaya produk ini
adalah laba yang dikehendaki + biaya pemasaran + biaya administrasi dan umum.
Persentase ‘markup’ dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penggunaan konsep biaya produksi
dalam penentuan harga jual, berikut ini diberikan contoh perhitungan dengan
menggunakan data dari contoh 6.1.
= 71,03 %
Konsep
Biaya Variabel
Menurut konsep ini, yang juga
disebut dengan Contribution Approach,
biaya variabel (biaya produksi variabel + biaya pemasaran variabel + biaya
administrasi dan umum variabel) ditambah dengan ‘markup’. Pengertian ‘markup’
dalam hal ini adalah laba yang dikehendaki ditambah semua biaya yang bersifat
tetap.
Berikut ini adalah perhitungan harga
jual menurut konsep biaya variabel dengan menggunakan data dari contoh 6.1.
-
Total
biaya variabel
Biaya
bahan baku Rp
1.200.000,00
Biaya
tenaga kerja 4.000.000,00
Biaya
overhead pabrik variabel 600.000,00
Biaya
pemasaran variabel 400.000,00
Biaya administrasi dan umum variabel 200.000,00
Rp 6.400.000,00
-
‘Markup’
Laba
yang dikehendaki Rp
4.140.000,00
Biaya
overhad pabrik tetap 2.000.000,00
Biaya pemasaran tetap 600.000,00
Biaya administrasi dan umum tetap 200.000,00
Rp 6.940.000,00
-
Persentase
‘Markup’ =
-
Harga
jual per unit =
Biaya variabel pet unit
= = Rp 640,00
‘Markup’ per unit =
108,44% x Rp 640,00 = Rp 694,00
Tabel 6.1.
Ringkasan Konsep Penentuan Harga
Jual dengan
Pendekatan ‘Cost-Plus’
Konsep
|
Unsur
Biaya (Cost)
|
Unsur
‘Markup’
|
Biaya Total
|
Biaya produksi + Biaya pemasaran
+ biaya administrasi dan umum
|
Laba yang dikehendaki
|
Biaya
Produk (Absorption Approach
|
Biaya
produksi
|
Laba yang dikehendaki + Biaya
pemasaran + biaya administrasi dan umum
|
Biaya
Variabel (Contribution Approach)
|
Biaya
produksi variabel + biaya pemasaran variabel + biaya administrasi dan umum
veriabel
|
Laba
yang dikehendaki + biaya overhead pabrik tetap + biaya pemasaran tetap +
biaya administrasi dan umum tetap.
|
Eksperimen
atau Tes Pasar
Banyak perusahaan melakukan tes
pasar terhadap pabrik atau jasa baru untuk memperoleh data yang diperlukan
dalam penentuan harga jual. Eksperimen atau tes pasar dilakukan dengan cara
menentukan harga jual yang berbeda-beda untuk masing-masing daerah pemasaran.
Dengan demikian perusahaan dapat memperoleh data yang berharga terutama yang
berkaitan dengan pengaruh harga jual yang ditetapkan terhadap volume penjual di
masing-masing daerah pemasaran. Berdasarkan hasil tes pasar tersebut,
perusahaan dapat memilih harga jual yang akan diterapkan bagi produk atau jasa
yang baru yang dihasilkannya, yaitu yang menghasilkan kontribusi terbesar bagi
perolehan laba perusahaan.
Strategi
Penentuan Harga Jual
Ada dua bentuk strategi yang dapat
diterapkan perusahaan untuk penentuan harga jualproduk atau jasa baru, yaitu:
(1) ‘Skrimming Price’ dan (2) ‘Penetration Pricing.’
‘Skrimming
Pricing’ merupakan
bentuk strategi penentuan harga jual produk atau jasa baru, dengan cara
menentukan harga jual mula-mula relatif tinggi. Tujua strategi ini adalah agar
perusahaan memperoleh laba yang maksimum dalam jangka pendek.
‘Penetration
Pricing’ merupakan
bentuk stratgi penentuan harga jual dengan cara menentuka harga jual mula-mula
relatif rendah, sehingga perusahaan dapat meraih pangsa pasar yang lebih besar
untuk produk atau jasa tersebut dalam jangka pendek. Dengan mengorbankan
perolehan laba dalam jangka pendek, diharapkan produk atau jasa baru tersebut
akan mendapatkan posisi pasar yang lebih baik di masa yang akan datang.
Pemilihan bentuk strategi yang akan
diterapkan perusahaan, dipengaurhi oleh kemungkinan masing-masing bentuk
strategi di atas yang paling banyak memberikan kesempatan kepada perusahaan
untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya. Hal ini dapat diketahui jika
perusahaan melakukan eksperimen atau tes pasar terhadap produk atau jasa baru
seperti yang telah diuraikan di atas
TEORI
HARGA
Penentuan harga jual produk atau
jasa, pada umumnya menggunakan pendekatan ‘cost-plus’ seperti yang telah
dikemukakan pada awal pembahasan. Di samping itu, manajemen harus
mempertimbangkan pula faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual
antara lain : harga jual produk saingan dan kondisi perekonomian pada umumnya.
Pengetahuan mengenai teori ekonomi yang berkaitan dengan penentuan harga jual
produk atau jasa akan bermanfaat bagi akuntan manajemen. Teori tersebut dikenal
dengan nama ‘Teori Harga’ (Teori Permintaan dan Teori Penawaran).
JENIS
PENANAMAN MODAL
Ditinjau dari tujuannya, penanaman
modal dapat digolongkan menjadi:
1. Penanaman modal yang tidak
menghasilkan laba
2. Penanaman modal yang menghasilkan
laba
Penanaman
modal yang tidak menghasilkan laba pada
umumnya dilakukan oleh perusahana, karena peraturan pemerintah yang menghendaki
demikian atau karena persyaratan kontrak yang telah disepakati. Penanaman modal
tersebut harus dilakukan oleh perusahaan, meskipun tidak menghasilkan laba bagi
perusahaan. Misalnya karena peraturan pemerintah, perusahaan harus membuat
sarana pengolahan air limbah agar tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Contoh lain untuk penanaman modal yang tidak menghasilkan laba, adalah adanya
persyaratan kontrak agar perusahaan ‘real estate’ menyediakan fasilitas: jalan,
tempat ibadah, taman dan yang lain di lokasi perumahan. Jenis penanaman modal
yang demikian tidak perlu dibuat evaluasi mengenai perlu tidaknya investasi
tersebut.
Penanaman modal yang
menghasilkan laba
dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: (1) labanya sulit diukur, dan (2)
labanya dapat diukur, dan (2) labanya dapat diukur. Contoh jenis penanaman
modal yang menghasilkan laba tetapi labanya sulit diukur antara lain: penanaman
modal untuk riset dan pengembangan perusahaan, biaya pendidikan dan latihan karyawan,
biaya promosi produk perusahaan. Sedangkan contoh jenis penanaman modal yang
labanya dapat diukur meliputi: penggantian atau pemilihan ekuipmen, membeli
atau menyewa aktiva yang akan digunakan dalam usaha, dan penanaman modal dalam
ekspansi (perluasan usaha).
KONSEP
NILAI SEKARANG
Nilai waktu uang, seperti yang telah
dikemukakan, merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam
penilaian investasi. Perusahaan akan lebih senang menerima sejumlah uang
sekarang daripada menerimanya satu atau beberapa tahun kemudian. Alasannya,
penerimaan sejumlah uang sekarang dapat segera diinvestasikan sehingga
menghasilkan laba, daripada jika diterima satu atau beberapa tahun yang akan
datang. Di samping itu, penerimaam uang sekarang sifatnya lebih pasti daripada
di masa yang akan datang yang penuh ketidakpastian. Oleh karena itu, sejumlah
uang pada waktu sekarang nilainya berbeda dengan pada waktu yang akan datang.
Perbedaan tersebut disebabkan adanya nilai waktu dari uang.
METODE
PENILAIAN INVESTASI
Penilaian investasi berkaitan dengan
pengambilan keputusan manajemen mengenai layak tidaknya suatu usulan investasi
untuk dilaksanakan. Metode yang dapat digunakan manajemen untukmenilai usulan
investasi adalah sebagai berikut:
- Payback (Payback period)
- Average Return on Investment
- Net Present Value
- Internal Rate of Return
- Profitability Indeks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar